"Mabuk Tulisan, Merawat Kesadaran." Begitulah kiranya kalimat yang hendak saya pakai jadi jargon untuk blog pribadi ini. Jumat pukul 1 dini hari, saya tuntas.
Selamat datang ke dunia pada 22 Februari 2019. Seloki lahir tanpa cahaya, dan mesti mencarinya sendiri. Menunggu senter orang-orang meronda, atau menunggu fajar meskipun lebih lama. Dan yang paling buruk adalah menjadikan diri sebagai sumber cahaya.
Seloki, jika tak salah saya ingat, berasal ketika di lingkaran orang-orang sinting itu. Yang mampu merayakan kesengsaraan hidup dengan cara menyenangkan. Mereka membuka botol Anggur Merah dan salah satu mengeluarkan gelas kecil, mereka menamainya seloki.
Tulisan-tulisan di seloki tidak mewakili siapapun selain diri saya sendiri. Seloki juga mengantarkan ingatan-ingatan indah dan menyenangkan pada hidup saya, bahwa kesengsaraan ini bisa dinikmati juga. Bahwa tidak semua kesedihan itu kelam. Bahwa tidak semua mabuk itu haram.
Selamat datang ke dunia pada 22 Februari 2019. Seloki lahir tanpa cahaya, dan mesti mencarinya sendiri. Menunggu senter orang-orang meronda, atau menunggu fajar meskipun lebih lama. Dan yang paling buruk adalah menjadikan diri sebagai sumber cahaya.
Seloki, jika tak salah saya ingat, berasal ketika di lingkaran orang-orang sinting itu. Yang mampu merayakan kesengsaraan hidup dengan cara menyenangkan. Mereka membuka botol Anggur Merah dan salah satu mengeluarkan gelas kecil, mereka menamainya seloki.
Tulisan-tulisan di seloki tidak mewakili siapapun selain diri saya sendiri. Seloki juga mengantarkan ingatan-ingatan indah dan menyenangkan pada hidup saya, bahwa kesengsaraan ini bisa dinikmati juga. Bahwa tidak semua kesedihan itu kelam. Bahwa tidak semua mabuk itu haram.
//