Punya kehidupan sendiri-sendiri
Alpa menyadari kesedihan
Dari manusia lainnya
Angsa berbulu putih
Menampakkan keriting hitam jembut
Pada suatu malam di ranjang
Di sofa, di kamar mandi, di kenangan yang lalu
Sebait puisi saya tulis
Dengan tinta air mata pada lembar masa
Sehingga jadi cerita
Yang tidak didengar sesama manusia
Kita manusia yang satu
Punya kehidupan sendiri-sendiri
Alpa menyadari bencana
Tidak paham rumus baca tanda
Ikan berenang di comberan
Mengingatkan basah selangkangan
Pada suatu rindu yang terbalaskan
Hingga lelah, lemas, terkapar sepanjang siang
Selembar cerita saya tulis
Dengan tinta air mata pada lembar masa
Sehingga jadi novel
Yang gemericiknya menyinggung para malaikat
Kita manusia yang satu
Punya kehidupan sendiri-sendiri
Alpa menyadari pola
Tidak bisa bayar jumlah air mata
Kambing berjanggut hitam tersangkut di pohon
Terbang, berjalan, berenang di angan-angan tukang sembelih
Kemudian berak mengusik para manusia
Sebab kotoran tidak akan hilang hanya dengan merangkai kata
Sebuku novel saya tulis
Dengan tinta air mata pada lembar masa
Bakar! Bakar! Saya bakar semuanya!
Tak perlu ada bait, ada cerita, ada novel selama manusia melupakan sesamanya
Blitar, 110619
Pada pagi dalam berak yang biasa
![]() |
Image by Rondell Melling from Pixabay |
0 Comments