![]() |
Dokumen pribadi |
Jika pada film sebelumnya, Rurouni Kenshin(2012) membahas peralihan menuju Era Meiji. Maka pada Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno, bagian awal dimulai dari Era Meiji II – 1878. Detektif Fujita Goro yang diperankan tokoh yang sama memimpin pasukan yang hendak menyergap Makoto Shishio. Nama belakangan ini adalah tokoh antagonis paling utama dalam film.
Pasukan Fujita Goro telah mempersenjatai
diri dengan senapan semua. Namun dirinya sendiri masih istikomah pakai katana. Penyergapan tersebut menghasilkan semua
pasukan terbunuh kecuali Fujita Goro, banyak di antaranya dibakar hidup-hidup.
Shishio menikmati saat jerit kesakitan
kulit terbakar, sebab dia menganggap bahwa dunia ini adalah neraka. Shishio
sendiri memiliki penampakan misterius, seluruh tubuhnya dibalut dengan kain
putih mirip pembalut untuk menutupi kulit terbakarnya.
Pada perang masa lalu, Shishio dianggap
sebagai Battousai dari kubu pemerintah. Cara membunuh yang kejam, ambisi yang
liar, dan tanpa ampun, membuatnya menjadi samurai yang gemar membunuh meskipun
telah menang.
Pemerintahan tidak menyukai gaya tersebut.
Shishio dikhianati dengan ditusuk banyak pedang. Kemudian ditusuk banyak lagi
dari punggung, perut, kaki, mungkin juga kelamin. Setelah itu dibakar. Mestinya
dia mati setelahnya. Tapi salju turun, memadamkan api yang membakarnya, dan
Shishio masih hidup, dengan luka bakar dan tusuk di semua badannya, dengan
dendam yang membara seperti api nekara. Tujuannya adalah menggulingkan
pemerintahan baru, era itu.
Pemerintah meminta bantuan Himura Kenshin
untuk menyelesaikan kekacauan di Kyoto. Dia diberi waktu seminggu untuk
memikirkan. Namun sebelum ditagih jawaban, pemegang kekuasaan paling tinggi di
pemerintahan baru sebagai menteri dalam negeri, yang juga meminta Kenshin untuk
membantu, Tn. Okubo dibunuh tangan kanan Shishio yang juga haus darah. Ada
bagian bagus ketika samurai tersebut berlari kencang di atas tembok untuk
mengejar kuda.
Sebenarnya Kenshin datang hendak menolak.
Namun melihat matinya Tn. Okubo, juga mayat petugas yang dibunuh Shishio yang
dikirim ke kepolisian sebagai penghinaan, Kenshin menerima dan akan pergi ke
Kyoto. Iyalah, jika Kenshin tidak melawan Shishio, mestinya skenario ceritanya
jadi berantakan, dan barangkali judulnya bukan Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno.
Tokoh-tokoh di film ini diperankan oleh
orang yang sama. Bedanya, ada tambahan tokoh-tokoh baru. Di tengah perjalanan,
Kenshin disambut Shishio dengan membakar sebuah desa, serta menggantung
sepasang suami istri.
Anak buah Shishio yang banyak muncul, semua
dikalahkan Kenshin dengan pedang bermata terbaliknya, sialnya, tak ada satupun
yang dibunuh. Tangan kanan Shishio muncul, membawa Kenshin menemui Shishio
sebagai tamu.
Lagi-lagi, Shishio kabur, meminta tangan
kanannya ‘bermain’ dengan Kenshin. Lumayan. Pedang bermata terbalik milik
Kenshin patah. Kedatangan Kenshin mengantarkan ambisi Shishio untuk memulai
perang telah sampai puncaknya.
Sebelumnya, ketika Kenshin hendak ke Kyoto,
dia dicari mata-mata bernama Aoshi Shinomori. Dia berperawakan kalem dengan 2 katana
dalam 1 sarung. Sukses menghajar nyaris mati teman Kenshin, Sagara Sanosuke.
Tujuannya adalah membuktikan bahwa Pengintai –menurutnya— adalah yang terhebat
daripada Battousai, Aoshi ingin membunuh Kenshin.
Pada film sebelumnya saya alpa menyantumkan
durasinya. Film kali ini berdurasi 2 jam 19 menit, kemarin 2 jam 15 menit.
Baik, kedua film ini tidak pendek.
Kenshin kemudian mencari pembuat pedang
bermata terbalik yang dihadiahkan pada dirinya dari Shakku Arai. Namun orang
itu telah meninggal. Kenshin menemui anaknya, Seiku Arai. Meminta kepadanya
untuk membuatkan katana untuk menggantikan miliknya yang dipatahkan tangan
kanan Shishio. Seiku Arai menolak, dia hanya membuat pisau dapur dan alat rumah
tangga dan tidak membuat pedang lagi.
Ada kalimat menarik yang saya kira perlu
menuliskannya.
“Pedang merenggut banyak nyawa…kau bisa bilang itu dahulu, tapi di era baru ini, membunuh untuk mengubah dunia. Era baru tidak butuh senjata itu (katana ;red)…”
Seiku Arai ternyata memiliki pedang
peninggalan ayahnya. Dia memberikan kepada Kenshin ketika anaknya yang masih
bayi hendak dibunuh anak buah Shishio. Di sini muncul Kaoru, yang sejak awal,
malah terkesan membuat bosan. Terlalu mendayu dan melankolis. Sial, mestinya
Kaoru dihilangkan saja, durasinya diganti dengan perjalanan mengembara Kenshin
yang lebih berfaedah.
Akhirnya Kenshin mendapat katana dengan
mata di punggung yang ‘asli’. Sedang yang dipatahkan tangan kanan Shishio
adalah ‘bayangan’.
“Saat kau buat pedang untuk dewa, kau menempa dua pedang. Yang satu ‘asli’. Kau berikan untuk dewa. Yang satunya adalah ‘bayangan’. Kau biarkan orang lain memilikinya.”
Anak buah Shishio yang dikalahkan Kenshin
bernama Cho. Dia bicara ketika diinterogasi kepolisian. Membeberkan rencana
Shishio adalah membakar Kyoto. Sampai di sini saya kira masuk akal dengan judul
demikian, kepingan-kepingan yang disiapkan di awal dimunculkan lagi menjadi
kepingan besar. Menarik.
Ketika kabar rencana Shishio disebarkan dan
mulai diantisipasi, Kenshin yang seorang Battousai, bersama Pengintai, serta
kepolisian bekerja sama. Konflik besar yang mengancam kepentingan beberapa
kelompok bisa membuat kelompok –yang awalnya bermusuhan—menjadi bekerja sama
untuk sebuah tujuan.
Pertempuran pun dimulai. Aoshi juga datang,
tapi tetap mencari Kenshin. Dia tahu bahwa ketua Pengintai menyembunyikan
lelaki dengan luka silang di pipi kiri. Dengan tetap keras kepala, Aoshi
melanjutkan jalan pembantaian. Hingga dia bertarung dengan ketua Pengintai.
Ketua yang tidak lagi muda itu berkata.
“Jika kau abaikan kehormatan sebagai Pengintai untuk menapaki jalan darah dan pembantaian, aku akan menghancurkanmu!”
Dia tua, tapi tetap prima. Kuat. Lincah.
Dan tak gampang dibunuh. Meski pada pertarungan mereka berdua, ketua itu mati.
Ashio juga mendapat luka.
Sementara Kyoto dibakar, api mulai
menjalar, tawuran dengan senjata tajam telah menemui akhirnya. Dengan
kemenangan tidak berada di pihak Shishio. Orang-orang itu mulai sadar bahwa ada
yang janggal, Shishio dengan sepuluh pendekar pedangnya tidak berada di sana.
Kaoru benar-benar membuat masalah. Dia
digambarkan sebagai tidak ahli bertarung, tapi memaksakan diri untuk ikut dalam
pertarungan. Meskipun telah menang, Kaoru diculik dan dibawa dengan kuda. Bahwa
penyerangan di Kyoto hanya umpan dan langkah awal dengan tujuan utama Tokyo.
Kenshin melihat Kaoru diculik, dia berlari
di atap –seperti yang dilakukan tangan kanan Shishio di awal— untuk mengejar
kuda. Hingga dirinya sampai pada kapal tempur raksasa miliki Shishio. Di sana
dia disambut, Kaoru sengaja ditendang dan masuk ke laut untuk memancing
kemarahan Kenshin, agar dia menjadi Battousai yang melegenda itu.
Sialnya keputusan yang diambil Kenshin
membuat bosan kembali. Dia malah meloncat karena Kaoru. Melakukan hal paling
konyol pada posisinya sebagai Battousai untuk masalah cinta. Seharusnya porsi
untuk Kaoru dalam film tersebut benar-benar dikurangi.
Saya makin sebal, karena itulah akhir
ceritanya. Kenshin melompat ke laut, tenggelam, dan terdampar di pulau.
Ditemukan oleh seorang nelayan. Dibopong. Dan berakhir.
Bagaimana? Lebih baik melihat Spongebob
Squarepants. Setidaknya bisa bikin ketawa dan menyadari bahwa kita adalah
goblok belaka. Atau tetap menonton film ini, dengan catatan, tidak boleh
berhenti di sini. Jadi kalian mesti menyiapkan film ini dan selanjutnya, agar
tidak terlalu murka mengetahui akhir cerita. //
0 Comments