“Bagaimana suatu teks dimaknai? Mengapa seseorang memaknai dan menafsirkan teks wacana dengan pandangan tertentu atau bagaimana wacana dengan pandangan tertentu atau bagaimana teks dibentuk dengan cara tertentu? Apa yang menyebabkan terjadinya pemaknaan semacam itu?” Analisis Wacana Eriyanto hlm. 87
Saya tiba-tiba teringat masa silam ketika diskusi
dimulai. Masa ketika saya juga mengisi di forum yang sama dengan materi yang
sama. Saya terlempar ke 2 tahun lalu. Namun itu sekarang tidak penting bagi
kalian, tidak perlu kalian ketahui sebab ingatan 2 tahun lalu itu hanya penting
untuk saya sendiri.
Pemantik diskusi mengawalinya dengan sebuah kalimat:
ideologi itu taken for granted. Diterima begitu saja secara wajar. Dia tidak
menjelaskan definisi ideologi, barangkali karena ada terlalu banyak definisi
untuknya. Seperti titik, seperti sastra.
Suatu malam di kedai kopi ketika diskusi kembali tentang
sastra, kumpulan orang-orang itu juga setuju tidak mendefinisikan sastra. Sebab
definisi hanya akan membatasi sastra sendiri. Mirip seperti titik di dalam
matematika, titik tidak didefinisikan karena terlalu banyak pengertiannya.
Namun, dalam buku yang sama, Raymond William
mengklasifikasikan ideologi dalam 3 ranah:
1.
Sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh
kelompok kelas tertentu;
2.
Kesadaran palsu;
3.
Produksi makna dan ide.
Sedangkan definisi ideologi menurut KBBI V adalah sebagai
berikut:
Saya rasa kita tidak perlu mendefinisikan setiap kata. Biarkan
kata-kata menunjukkan maknanya secara mandiri. Namun di sini, saya tetap
mendefinisikan. Tidak masalah, sebab semua di dunia ini memang paradoks. Hahaha...
Dalam wacana (berita teks, siaran televisi, dll) selalu
ada ideologi yang dibawa. Yang mengkhawatirkan adalah dampak dari orang-orang
yang memerhatikan wacana tersebut. Yang mengkhawatirkan lagi adalah produsen
wacana tidak menyadari telah menyebarkan suatu ideologi.
Contoh ideologi pernah kita bahas tentang cantik dan tampan di media mainstream.
Eriyanto membahas bagian wacana dan ideologi menjadi
beberapa sub-bagian: pembacaan teks, interpelasi, dan hegemoni.
Apalagi sekarang masuk pada tahun politik. Orang-orang
yang tidak sempat belajar analisis wacana akan kebingungan. Mereka bakal digait.
Ada strategi kekuasaan untuk kampanye.
Saya kutip contoh analisis dalam Analisis Wacana halaman
89:
Berita ini adalah kisah mengenai demonstasi buruh di
Perusahaan Rokok Gudang Garam, Kediri (Kompas 12 April 2000). Dalam berita itu
ada dua kelompok yang diberitakan, yakni pengusaha (dominan) dan kelompok buruh
(tidak dominan). Dalam berita itu disebutkan pemogokan selama 11 hari yang
dilakukan oleh buruh memacetkan produksi, tetapi juga kehidupan para buruh dan
ekonomi di Kediri secara keseluruhan. Bagaimana perusahaan rokok itu menjadi
urat nadi kehidupan masyarakat Kediri, bukan hanya perusahaan itu mampu
menyerap ribuan jumlah tenaga kerja, tetapi juga menjadi bagian mata pencarian
utama penduduk Kediri dan pemasukan utama Pemerintah Daerah Kediri...
Kalian bisa mencari buku Eriyanto ini, melakukan diskusi,
dan menganalisis berita-berita di dalamnya.
Ingatan 2 tahun lalu muncul secara nyata. Saya merasa
menikmati secara fisik dan metafisik ingatan itu. Ini menyenangkan sekali.
0 Comments